Adab Berdiskusi: Keterampilan Mendengarkan dan Berpendapat yang Santun

Kemampuan berdiskusi secara efektif merupakan salah satu keterampilan sosial dan akademik paling penting yang harus dikuasai oleh siswa di jenjang pendidikan SMA. Diskusi adalah medan pertukaran ide yang vital, namun efektivitasnya sangat bergantung pada Adab Berdiskusi yang diterapkan oleh setiap partisipan. Adab ini mencakup dua pilar utama: keterampilan mendengarkan secara aktif dan kemampuan menyampaikan pendapat dengan santun dan logis. Tanpa Adab Berdiskusi yang benar, forum diskusi akan mudah berubah menjadi ajang debat kusir atau bahkan konflik, menghambat proses berpikir kritis dan kolaborasi yang menjadi tujuan utama pembelajaran.

Keterampilan mendengarkan aktif adalah langkah awal dari Adab Berdiskusi yang baik. Ini berarti tidak hanya mendengar suara, tetapi juga memahami esensi argumen lawan bicara. Di SMA Karya Utama, Guru Mata Pelajaran Sosiologi, Bapak Hadi Susanto, S.Sos., menerapkan aturan ketat bahwa setiap siswa harus mencatat minimal tiga poin utama dari argumen teman sebelum diperbolehkan memberikan tanggapan. Aturan ini diterapkan dalam sesi diskusi mingguan yang diadakan setiap hari Kamis selama 90 menit di Laboratorium Bahasa. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada akhir Semester Ganjil 2025, tercatat bahwa implementasi aturan ini berhasil meningkatkan kualitas tanggapan siswa sebesar 30%, karena argumen yang disampaikan menjadi lebih relevan dan terstruktur.

Selain mendengarkan, adab dalam menyampaikan pendapat juga memerlukan kebijaksanaan. Pendapat harus disajikan dengan bahasa yang konstruktif, bebas dari serangan pribadi (ad hominem), dan didukung oleh data atau fakta yang valid. Keseimbangan antara ketegasan dan kesantunan menjadi kunci. Misalnya, pada saat simulasi sidang di Kelas XII IPA 2 pada tanggal 25 September 2025, salah satu siswa bernama Rina memberikan kritik yang sangat tajam terhadap ide kelompok lain. Meskipun kritiknya valid secara substansi, ia melanggarnya karena disampaikan dengan intonasi yang merendahkan. Petugas Tata Tertib dari tim akademik, yang turut hadir sebagai pengawas, menegur Rina dan menekankan bahwa Adab Berdiskusi tidak membenarkan cara penyampaian yang mencederai perasaan orang lain, meskipun isinya benar.

Pentingnya menguasai Adab Berdiskusi ini melampaui batas-batas kelas. Ia adalah bekal bagi siswa untuk berinteraksi di lingkungan kampus atau dunia kerja di masa depan. Sekolah harus secara konsisten mengajarkan bahwa perbedaan pandangan adalah hal yang alamiah, dan konflik ide harus diselesaikan melalui jalur komunikasi yang beretika. Proses ini menumbuhkan rasa saling menghormati, tanggung jawab moral, dan kedewasaan intelektual. Dengan demikian, siswa pendidikan SMA tidak hanya unggul dalam pengetahuan, tetapi juga terampil dalam berinteraksi sosial secara santun dan profesional.