Kurikulum Merdeka telah hadir sebagai sebuah inovasi besar dalam sistem pendidikan nasional, khususnya di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Program ini membawa perubahan paradigma, dari pembelajaran yang berpusat pada materi padat menjadi pendekatan yang fokus pada kedalaman dan relevansi. Tujuan utamanya adalah optimalisasi pengetahuan teoritis yang dimiliki siswa sekaligus membangun keterampilan analisis yang adaptif. Dengan konsep yang lebih fleksibel, Kurikulum Merdeka memungkinkan siswa untuk memilih mata pelajaran yang relevan dengan minat mereka, sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna dan terarah.
Optimalisasi pengetahuan teoritis dalam Kurikulum Merdeka terlihat jelas dari penyederhanaan konten, yang memungkinkan siswa mendalami konsep-konsep esensial alih-alih mengejar banyak bab dalam waktu singkat. Pengetahuan teoritis yang kuat ini kemudian digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan keterampilan analisis melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Sebagai contoh, SMAN 8 Surabaya melaksanakan proyek P5 bertema “Kewirausahaan Berbasis Digital” selama tiga bulan, terhitung sejak awal Agustus hingga akhir Oktober 2025. Dalam proyek ini, siswa tidak hanya belajar teori Ekonomi dan Pemasaran, tetapi harus menganalisis tren pasar, menghitung potensi risiko, dan menyusun laporan keuangan riil dari produk yang mereka jual secara daring. Data dari evaluasi proyek menunjukkan bahwa 88% siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam solusi bisnis praktis.
Keunggulan pembelajaran ini juga terletak pada fleksibilitas yang diberikan kepada guru dan siswa. Bagi guru, Kurikulum Merdeka memberi ruang untuk menyesuaikan metode ajar dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa, yang secara langsung berkontribusi pada optimalisasi pengetahuan yang terserap. Sementara bagi siswa SMA, mereka didorong untuk berkolaborasi dan mencari solusi atas masalah nyata. Misalnya, dalam mata pelajaran Geografi, siswa di SMAS Tunas Bangsa diwajibkan melakukan observasi dan analisis mitigasi bencana di daerah rawan banjir setiap hari Jumat pada bulan November 2024. Mereka harus menganalisis data curah hujan historis yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat, dan menyusun peta risiko yang akurat. Aktivitas ini secara konkret melatih keterampilan analisis di lapangan.
Penerapan Kurikulum Merdeka di SMA adalah optimalisasi pengetahuan yang sangat relevan untuk persiapan Perguruan Tinggi (PT). PT modern tidak lagi hanya mencari mahasiswa yang pandai menghafal, melainkan mereka yang mampu berpikir kritis dan melakukan analisis mandiri. Dengan fokus pada pembelajaran berbasis proyek dan analisis kasus yang didorong Kurikulum Merdeka, lulusan SMA akan memiliki bekal yang jauh lebih baik. Menurut laporan Perkembangan Implementasi Kurikulum dari Pusat Kurikulum dan Pembelajaran pada akhir tahun 2024, sekolah yang secara penuh mengimplementasikan P5 menunjukkan peningkatan signifikan pada kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kompleks. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka benar-benar membuktikan diri sebagai fondasi yang efektif untuk pendidikan lanjutan dan menciptakan generasi yang unggul di era yang serba cepat.